
Orasi Ilmiah oleh Dr. Apt Naelaz Zukruf Wakhidatul K., M.Pharm pada acara wisuda dan angkat sumpah profesi yang digelar di Auditorium Universitas Muhammadiyah Gombong (UNIMUGO), (Dok.Foto Humas UNIMUGO)
Gombong UNIMUGO – Orasi Ilmiah oleh Dr. Apt Naelaz Zukruf Wakhidatul K., M.Pharm pada acara wisuda dan angkat sumpah profesi yang digelar di Auditorium Universitas Muhammadiyah Gombong (UNIMUGO), (03/05).
Orasi tentang kefarmasian mengangkat tema ‘Inovasi Sediaan Farmasi: Nanoemulsi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh sebagai Anti Inflamasi”.
- Tantangan dalam Pengembangan Obat Herbal
Dalam era perkembangan ilmu kefarmasian saat ini, obat herbal tetap menjadi pilihan penting dalam pengobatan. Indonesia, dengan kekayaan biodiversitasnya, memiliki potensi besar dalam pengembangan obat dari bahan alam. Salah satu tanaman yang telah lama dikenal memiliki khasiat obat adalah cengkeh (Syzygium aromaticum L.).
Minyak atsiri bunga cengkeh (MABC) mengandung eugenol sebanyak 78-95% yang telah terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi yang signifikan. Eugenol bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2) hingga 58,15% dan lipooksigenase-12 hingga 86,15%. Enzim-enzim ini berperan penting dalam proses inflamasi atau peradangan.
Namun, pengembangan sediaan farmasi dari minyak atsiri menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
- Ketidakstabilan termodinamika yang menyebabkan pemisahan fase
- Penguapan yang cepat pada sediaan konvensional
- Kelarutan minyak atsiri yang sangat rendah
- Hambatan penetrasi obat saat menembus lapisan stratum corneum kulit
- Inovasi Nanoemulsi: Solusi Penghantar Obat Modern
Untuk mengatasi tantangan tersebut, penelitian kami mengembangkan cara baru dalam mengantarkan obat ke tubuh menggunakan teknologi sangat kecil yang disebut “nanoteknologi” salah satunya yaitu nanoemulsi.
Mudahnya, minyak atsiri bunga cengkeh diubah menjadi tetesan-tetesan super kecil yang diselimuti oleh bahan pelindung khusus, kemudian dicampur dengan air hingga menjadi cairan jernih. Tetesan ini sangat kecil, 1000 kali lebih kecil dari ketebalan rambut manusia, sehingga tidak terlihat oleh mata secara langsung.
Metode pengecilan ukuran ini memiliki beberapa keuntungan Istimewa yaitu:
- Tidak mudah rusak dan tetap stabil dalam waktu lama
- Dapat mengatur seberapa cepat obat dilepaskan ke dalam kulit
- Melindungi bahan aktif dari kerusakan akibat cahaya, tingkat keasaman, dan perubahan suhu
- Memudahkan obat menembus lapisan kulit dan bekerja lebih efektif
Dalam penelitian ini, kami mencampurkan minyak atsiri bunga cengkeh dengan bahan-bahan pendukung khusus yaitu isopropil miristat sebagai fase minyak, tween 80 sebagai surfaktan, PEG 400 sebagai ko surfaktan, dan akuades sebagai fase air hingga mendapatkan formula terbaik.
Hasilnya adalah cairan jernih dengan tetesan minyak cengkeh berukuran sangat kecil (sekitar 17 nanometer) yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi dapat memiliki efek antiradang. Nanoemulsi yang dihasilkan memiliki ukuran partikel sangat kecil yaitu 17,69 nm dengan indeks polidispersitas 0,057 dan zeta potensial -5,36 mV.
- Pengembangan Sediaan Gel dan Uji Efektivitas
Karena minyak atsiri bunga cengkeh dalam bentuk nanoemulsi masih terlalu encer, maka kami mengubahnya menjadi gel agar bisa menempel lebih lama pada kulit yang meradang. Untuk membuat gel ini, kami menggunakan bahan pengental khusus dan metode perhitungan matematika yang tepat untuk mendapatkan kekentalan yang ideal dengan menggunakan Karbopol 940 sebagai bahan pengental gel dan Trietanolamin (TEA).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa gel ini memiliki beberapa keunggulan:
- Tetap stabil dan tidak berubah bentuk selama sebulan penyimpanan
- Mampu melepaskan bahan aktif secara perlahan dan terus-menerus ke dalam kulit
- Sangat aman digunakan karena tidak menyebabkan iritasi atau kemerahan pada kulit. Yang mana uji keamanan ini menggunakan hewan percobaan kelinci albino galur new zealand sebanyak 4 hewan. Pengujian dilakukan sesuai dengan ketetapan peraturan KaBPOM RI Nomor 10 tahun 2022 mengenai Pedoman Uji Toksisitas Non Klinik
- Yang paling menggembirakan, ketika kami menguji nanoemulsi minyak atsiri bunga cengkeh dalam gel ini pada hewan percobaan yaitu mencit putih galur Balb/c sebanyak 28 yang mana kulitnya sengaja kami buat meradang dengan disuntikan minyak kroton, dan menghasilkan: Bengkak pada kulit hewan percobaan berkurang secara nyata, Jumlah sel-sel peradangan menurun drastis, Protein penyebab peradangan (COX-2) berkurang hampir 30%.
- Yang lebih menakjubkan lagi, nanoemulsi minyak atsiri bunga cengkeh dalam gel ini ternyata memiliki khasiat antiradang yang setara dengan obat antiinflamasi yang telah beredar di pasaran (Voltaren). Hal Ini menunjukkan bahwa temuan kami berpotensi menjadi alternatif pengobatan alami yang efektif untuk mengatasi peradangan.
Penutup
Penelitian ini menggambarkan bagaimana inovasi teknologi farmasi dapat mengoptimalkan potensi bahan alam Indonesia. Melalui pendekatan nanoteknologi, kita dapat mengatasi keterbatasan penggunaan obat herbal konvensional dan mengembangkan sediaan yang lebih efektif, stabil, dan nyaman digunakan.
Sebagai lulusan farmasi, penelitian ini menunjukkan betapa luasnya peluang yang dapat dijelajahi dalam karier profesional kefarmasian. Keahlian dan kreativitas farmasis sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk-produk farmasi yang inovatif demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Saya berharap orasi singkat ini dapat menginspirasi teman-teman untuk terus berinovasi dan mengembangkan ilmu kefarmasian dan mengembangkan ilmu sesuai bidangnya masing-masing untuk menghasilkan inovasi serta pelayanan yang unggul dalam bidang kerja teman-teman sekalian. Selamat menempuh kehidupan baru sebagai profesional dalam bidangnya masing-masing dan jadilah pionir dalam pengembangan produk-produk kesehatan inovatif berbasis kekayaan alam Indonesia./TAY