KEBUMEN – Banyaknya kasus bayi yang mengalami kekurangan gizi bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang jarang disadari adalah cara menyusui yang salah.
Hal itu disampaikan oleh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Gombong Nurlaela MKep saat menjadi narasumber Kegiatan Kelompok Pendukung Ibu di Balai Desa Abean, Kecamatan Mirit, Kebumen, baru- baru ini.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Mirit itu diikuti oleh 22 kader balita. Hadir dalam kegiatan itu Kepala Puskesmas Mirit dr Uskar Yulinanto. “Posisi dan perlekatan yang salah saat menyusui membuat ASI yang dihisap oleh bayi tidak maksimal,” ujar Nurlaela.
Dosen Program Studi (Prodi) D-3 Keperawatan yang juga konselor menyusui tersebut melihat masih banyak ibu-ibu yang salah dalam menyusui bayinya. Padahal, akibat perlekatan yang tidak baik dapat berakibat nyeri dan melukai puting susu. “Puting menjadi lecet dan retak,” imbuhnya.
Berkurang
Perlekatan yang tidak baik, kata dia, mengakibatkan ASI tidak bisa dikeluarkan dengan efektif, sehingga payudara bengkak. Kemudian pasokan ASI berkurang, sehingga bayi tidak puas ingin menyusu lebih lama. Selain itu, payudara yang kurang memproduksi ASI berdampak pada bayi mengalami frustasi hingga menolak menyusui dan berat bayi tidak naik.
Lebih lanjut Nurlaela menerangkan, keuntungan ASI memiliki zat-zat gizi yang lengkap, mudah dicerna, diserap secara efisien, dan melindungi terharap infeksi. Adapun keuntungan menyusui, membantu bonding dan perkembangan, membantu menunda kehamilan baru, menjaga kesehatan ibu, dan biaya lebih rendah dibanding pemberian asupan bubuk.
Selain itu, tata cara pemberian makanan pendamping ASI yang masih belum tepat, sehingga bayi berpotensi mengalami kurang gizi. Pendamping ASI adalah makanan bergizi yang diberikan bersamaan atau berdampingan dengan ASI untuk bayi berusia enam bulan ke atas atau sampai anak berusia 24 bulan.
“Adapun ASI tetap diberikan sampai anak berusia 24 bulan,” ujarnya.
Kepala Puskesmas Mirit dr Uskar Yulinanto menyampaikan, melalui kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi angka anak gizi kurang. “Selain itu untuk memperbaiki pola pemberian makanan pada bayi dan anak,” ujarnya. (J19-33)