Penjelasan Materi oleh Bdn.Juni Sofiana, M.Keb. Foto Istimewa

 

Usia balita khususnya pada usia 3-5 tahun merupakan usia rawan terjadinya masalah kesulitan makan. Kesulitan makan anak berdampak negatif pada anak. Efek ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan, tetapi juga mempengaruhi aktivitas sehari-hari serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Konsekuensi dari kesulitan makan antara lain malnutrisi. Data WHO (World Health Organization) tahun 2018, sekitar 52 juta anak berumur di bawah 5 tahun atau sekitar 7,7% secara global menghadapi peristiwa gizi kurang, persentase peristiwa gizi kurang pada anak umur balita tertinggi ada di Asia Selatan 15,4%, di Osceania 9,4%, di Asia Tenggara 8,9%, di Afrika Barat 8,5%, dan persentase kejadian gizi kurang pada anak umur balita terendah terdapat di Amerika Utara 0,5% (Melsi et al., 2022).

Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan makan dan meningkatkan berat badan pada anak, bisa menggunakan metode farmakologis maupun nonfarmakologis. Upaya farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian vitamin, sedangkan upaya non farmakologis, menggunakan minuman jamu, pijat, akupresur ataupun akupunktur (Wong, 2011). Saat ini, pijat bayi atau teknik akupresur telah dikembangkan sebagai alternatif solusi kesulitan makan pada anak. Akupresur sendiri menurut definisi berarti suatu sistem pengobatan dimana titik-titik tertentu ditekan pada tubuh (meridian) untuk menimbulkan efek rangsangan pada daya hidup atau Chi untuk menyembuhkan penyakit atau meningkatkan kualitas Kesehatan (Ikhsan, 2019).

Pijat Tuina adalah salah satu teknik pijat yang memiliki manfaat untuk mengatasi masalah kesulitan nafsu makan. Pijat Tuina berasal dari kata Tui dan Na. Tui artinya mendorong dan Na artinya Ambil atau menggenggam. Jadi, mendorong, mendorong, menggenggam, mengetuk, memaku, memutar, mengetuk dan memijat tubuh adalah untuk merangsang sirkulasi, mengusir patogen (angin dan dingin), serta mengatur otot dan persendian (Widjaja, 2013).

Kader Kesehatan merupakan salah satu kelompok yang dapat membantu petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat untuk mendukung peningkatan kesehatan. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pijat tuina pada kader kesehatan sebagai upaya meningkatkan berat badan pada balita.

Penjelasan Praktek Pijar Tuina oleh Hastin Ika, MPH. Foto istimewa

Kegiatan ini sudah dilaksanakan secara berkesinambungan bekerjasama dengan Puskesmas Puring. Sasaran kegiatan tersebut adalah kader posyandu di wilayah kerja puskesmas puring. Metode kegiatan ini adalah dengan memberikan penyuluhan kepada kader posyandu, materi yang disampaikan meliputi pengertian, waktu pijat, manfaat pijat tuina,  teknik pijat tuina, dan langkah-langkah pijat tuina. Proses penyuluhan ini diikuti dengan baik oleh kader posyandu sebanyak 42 kader. Setelah kegiatan penyuluhan dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan pijat tuina menggunakan phantom bayi. Peserta penyuluhan sangat antusias dalam setiap sesi kegiatan, karena ini merupakan pengalaman yang baru bagi mereka. Kegiatan selanjutnya adalah tahap evaluasi, kegiatan ini dilakukan melalui Pretest dan post test untuk mengukur peningkatan keterampilan peserta. Pretest dilakukan sebelum kegiatan edukasi menggunakan lembar kuesioner dan Posttest dilakukan setelah kegiatan edukasi, posttest menggunakan lembar kuesioner. Evaluasi juga dilakukan dengan mendampingi kader agar bisa mengajarkan/menularkan ilmu terkait pijat tuina kepada sesama kader di masing-masing desanya atau kepada ibu yang memiliki balita.

Hasil kegiatan menunjukan bahwa setelah kegiatan ini terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada kader posyandu. hasil Pretest menunjukkan bahwa dari 42 kader, 33 kader (76.8%) memiliki pengetahuan kurang, dan 9 kader (21.4%) mempunyai pengetahuan yang cukup. Hasil Posttest yang dilakukan setelah penyuluhan yaitu 38 kader (90.5%) memiliki pengetahuan baik, 4 kader (9.5%) memiliki pengetahuan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan pada pengetahuan kader. Kesimpulan kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan terkait pijat tuina, kader menjadi lebih terampil, mandiri dalam melakukan pijat tuina serta bisa mengajarkan kepada sesama kader, ibu balita.