
Dr. Ike Mardiati Agustin, M.Kep., Sp.Kep.Jiwa saat pemaparan orasi ilmiah pada wisuda periode ke-2 TA 2024/2025. Dok Foto Humas UNIMUGO
Fenomena Masalah Kesehatan Jiwa
10 Oktober merupakan “Hari kesehatan jiwa sedunia” dengan tema “Sehat jiwa dalam segala situasi” oleh sebab itu Ijinkan saya bertanya apakah saudara sekalian sehat jiwa hari ini?Mengapa saya menanyakan hal ini?krn fenomena yang ada masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang serius dengan trend terjadi peningkatan prevalensinya, data penderita gangguan jiwa di Dunia menunjukan terdapat 792 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, di Indonesia merujuk pada Data SKI (Survey Kesehatan Indonesia) (Th 2023) menunjukkan rumah tangga dengan anggota keluarga (ART) yang mengalami gangguan jiwa psikosis atau skizofrenia sebesar 3%, di mana 6,6% di antaranya pernah dipasung, penderita gangguan jiwa berat diperkirakan 50 % akan mengalami kekambuhan atau relaps pada tahun pertama, 70 persen pada tahun yang kedua, dan 100 persen pada tahun kelima setelah pulang dari perawatan di rumah sakit. rata-rata penderita gangguan jiwa berat yang mengalami relaps berusia produktif dengan rentang usia 15-40 Th, Relaps dapat menghambat tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang dalam misi Presiden (Asta Cita) keempat yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan perempuan, pemuda (generasi millennial dan generasi (Z) dan penyandang disabilitas.
Hadiri sekalian Perlu diketahui Banyak faktor yang melatarbelakangi relaps atau kekambuhan pada orang dengan gangguan jiwa Selain faktor internal berupa ketidapatuhan dalam pengobatan, kondisi relaps dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni akibat dari dukungan lingkungan sosial yang berhubungan dengan emosi yang berlebihan di lingkungan rumah, stigma, terutama di dalam lingkungan keluarga penderita tersebut yang tidak harmonis, kelelahan dan beban merawat jangka Panjang, Padahal Keluarga menjadi pendukung atau support system bagi tercapainya kesehatan anggota keluarganya.
Solusi Untuk Kesiapan Keluarga Dalam Menekan Relaps
Oleh sebab itu sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pencegahan kekambuhan atau relaps pada orang dengan gangguan jiwa dapat dilakukan dengan salah satu psikoterapi yang berfokus untuk keluarga yaitu psikoedukasi, Psikoedukasi adalah sebuah tindakan modalitas yang disampaikan oleh professional, yang mengintegrasikan dan mensinergikan antara psikoterapi dan intervensi edukasi. Pemilihan psikoedukasi adalah berdasarkan dari keadaan objektif di lapangan dimana kondisi keluarga yang memiliki anggota keluarga gangguan jiwa berat khususnya yang menjadi subyek penelitian ini di wilayah Kabupaten Kebumen yang kurang pengetahuan serta perlu hal yang sifatnya kreatif dalam upaya promosi Kesehatan jiwa, penderita gangguan jiwa berat rata-rata didominasi dari kalangan perekonomian menengah, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson, Ramos, Castillo, Castellanos, & Escalante (2016) yang mengatakan bahwa setelah mengikuti psikoedukasi, kesan keluarga pasien mengungkapkan pemahaman yang lebih besar mengenai keadaan penyakitnya termasuk bagaimana itu ditularkan dan berhasil diobati, serta, pandangan diagnosis yang lebih optimis
Tujuan penelitian ini untuk (a) Mendeskripsikan kesiapan keluarga dalam menekan relaps pada orang dengan gangguan jiwa berat, (b) Menganalisis faktor kesiapan keluarga berupa motivasi, pengalaman merawat, koping dan dukungan sosial, untuk menekan relaps pada orang dengan gangguan jiwa, (c) Mengembangkan model promosi kesehatan jiwa berbasis psikoedukasi untuk kesiapan keluarga dalam menekan relaps pada orang dengan gangguan jiwa berat di Kabupaten Kebumen, (d) Menguji keefektifan model promosi kesehatan jiwa berbasis psikoedukasi untuk kesiapan keluarga dalam menekan relaps pada orang dengan gangguan jiwa berat
Desain Penelitian ini di susun dengan metode RnD model promosi kesehatan jiwa untuk kesiapan keluarga melalui psikoedukasi dengan pendekatan ADDIE yang terdiri dari 5 tahapan yakni Analisis, Desain, Development, Implementasi dan Evaluasi. Populasi penelitian ini adalah anggota keluarga penderita gangguan jiwa berat yang telah tertangani dan melakukan pengobatan rutin di fasilitas pelayanan kesehatan sejumlah 2692. Sampel studi sebanyak 260 Keluarga yang memiliki anggota keluarga gangguan jiwa berat, dengan pembagian untuk uji coba terbatas, luas dan uji efektifitas. Teknik sampling dengan proporsional random sampling dan stratified cluster random.
Analisis data berdasarkan tahapan ADDIE: (1) Analysis: penelitian kualitatif menggunakan N Vivo, (2) design, (3) development dengan uji pakar menggunakan V Aikens dan uji terbatas (menggunakan uji beda independent t-test/mann withney), (4) implementasi (menggunakan uji beda: independent t- test/mann withney), (5) Evaluasi, menggunakan paired t-test/wilcoxon.
Hasil dan Kebaruan Penelitian:
-
Alur Model Promosi Kesehatan Jiwa berbasis Psikoedukasi yang dihasilkan dalam penelitian ini terdiri atas 5 Tahap yaitu : (1) Need assessment Analysis, yang menghasilkan 4 hal (a) perlunya peningkatan pengetahuan, (b) peningkatan sikap, (c) peningkatan kepedulian dan spiritualitas, dan (d) Peningkatan keterampilan
-
Pengembangan Modul Pelatihan sebagai alat atau media Psikoedukasi terdiri atas 5 sesi yaitu, Sesi 1 Eksplorasi Masalah dan perasaan Keluarga, Sesi 2 Cara merawat dan mencegah Relaps pada ODGJ, Sesi 3 Manajemen Fisik kesiapan keluarga, Sesi 4 Manajemen Stress, dan Sesi 5 Memanfaatkan fasilitas kesehatan
-
Melaksanakan Pelatihan Berbasis Psiko Edukasi: (a) Perencanaan pelatihan (menetapkan jadwal, memilih partisipan, menetapkan narasumber, dan teempat pelatihan, (b) Pre Test, (c) Pelaksanaan Pelatihan Psiko Edukasi berbasis pada Modul Pelatihan, (d) Post Test. (4) Evaluasi atas pelaksanaan dan hasil Psikoedukasi, dan (5) Outputnya : meningkatnya kesiapan Keluarga dalam menekan Relaps
-
Temuan Hasil implementasi model promosi Kesehatan Jiwa berbasis Psikoedukasi pada keluarga yang memiliki pasien dengan ODGJ berat, cukup efektif dalam meningkatkan kesiapan keluarga menekan Relaps sebesar (4,54%) pada kelompok eksperimen, sementara kelompok kontrol tanpa intervensi hanya terjadi peningkatan (1,26%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa pengaruh intervensi Psikoedukasi terhadap kesiapan keluarga dalam menekan Relaps signifikan dengan nilai (p value < 0,05). Hasil uji beda dengan Wilcoxon test menunjukkan nilai P 0,006< 0,05 maka hipotesis diterima, yang artinya ada pengaruh intervensi psikoedukasi terhadap kesiapan keluarga untuk menekan rileps orang dengan gangguan jiwa berat.