Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah, Diabetes menempati urutan kedua terbanyak penyakit tidak menular setelah Hipertensi. Diabetes dapat menimbulkan komplikasi lanjutan seperti Penyakit Jantung, Stroke, dan Gagal Ginjal, sehingga pencegahan dan penanganan Diabetes menjadi salah satu prioritas utama bidang kesehatan. Banyak opini menyebutkan bahwa kuliner Jawa yang didominasi oleh rasa manis ikut andil menjadi salah satu faktor meningkatkan kejadian Diabetes di Jawa Tengah.
Sejarah yang telah dirangkum dari berbagai sumber menyebutkan bahwa cita rasa manis pada kuliner Jawa mempunyai kisah yang panjang sejak jaman VOC. Untuk mengatasi masalah keuangan setelah menghadapi Perang Diponegoro, VOC menerapkan kebijakan tanam paksa tanaman tebu di lahan pertanian di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai komoditi ekspor yang menguntungkan. Tebu membutuhkan iklim yang sesuai dan irigasi yang baik sehingga cocok untuk ditanam di lahan persawahan di daerah Jawa.
Pada pertengahan abad ke-18 Jawa menjadi pemasok gula terbesar setelah Cuba. Sebagai dampaknya, padi sebagai tanaman pangan utama menjadi mahal dan langka karena makin sedikitnya lahan yang digunakan untuk menanam padi. Untuk mensiasati kelangkaan padi maka masyarakat Jawa terbiasa mengkonsumsi air tebu untuk bertahan hidup. Seiring waktu rasa manis sudah menjadi bagian dari budaya Jawa yang mewarnai hampir sebagian besar kuliner Jawa sampai sekarang.
Apakah konsumsi makanan atau minuman manis serta merta akan menyebabkan Diabetes pada orang Jawa? Tubuh kita membutuhkan gula sebagai sumber energi untuk mencegah agar tubuh kita tidak lemas dan mood tetap terjaga. Menurut Kemenkes asupan gula yang baik adalah 50 gram (5-9 sendok teh) perharinya. Konsumsi gula perlu dibatasi karena gula merupakan salah satu jenis karbohidrat yang dapat meningkatkan kadar gula darah dan meningkatkan berat badan apabila tidak diimbangi dengan aktivitas dan olahraga yang mememadai.
Perubahan Gaya Hidup
Pada jaman tanam paksa masyarakat Jawa tidak banyak yang menderita Diabetes karena makanan dan minuman serba gula yang mereka konsumsi terbakar kalorinya dengan aktivitas kerja paksa di kebun tebu dan pabrik gula. Berbeda dengan gaya hidup sekarang ini dimana konsumsi makanan dan minuman manis tidak dibarengi dengan aktivitas dan olahraga, adanya mesin yang memudahkan pekerjaan, berbagai moda transportasi, banyak pekerjaan dilakukan dengan banyak duduk di balik meja, di depan TV, komputer, atau handphone.
Hal ini mengakibatkan timbunan lemak dan obesitas atau kelebihan berat badan. Akibatnya, tubuh membutuhkan lebih banyak hormon insulin untuk metabolisme, dan apabila tidak diimbangi dengan produksi insulin oleh pankreas yang tidak mencukupi dapat memicu terjadinya Diabetes.
Selain itu, obesitas juga mengakibatkan sel tubuh menjadi tidak sensitif terhadap insulin. Padahal tanpa insulin glukosa hasil pencernaan tubuh tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel tidak bisa melakukan proses metabolisme. Glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel akan menumpuk di pembuluh darah sehingga menyebabkan kadar gula meningkat dan terjadilah Diabetes. Perubahan gaya hidup inilah yang harus diwaspadai. Gaya hidup sehat dan seimbang adalah kunci untuk mencegah terus meningkatnya Diabetes di Jawa Tengah yang masyarakat selalu menambahkan gula dalam masakan dan minumannya.
Cahyu Septiwi MKep SpKep MB PhD – Staf Pengajar di STIKES Muhammadiyah Gombong